Perbudakan Anak di Berbagai Belahan Dunia

Pernahkah sobat bloger menonton salah satu film korea yang saya rasa cukup keren berjudul "The Man from Nowhere".? film yang berkisah tentang perbudakan anak-anak untuk dipekerjakan sebagai pembuat heroin dipasar gelap. dan ternyata hal itu tidak saja hanya dapat kita saksikan dilayar kaca tapi bahkan dapat kita saksikan langsung di berbagai belahan dunia.
berikut beberapa kisah perbudakan anak dibeberapa belahan dunia.
1.  Pabrik Batu Bata Karkhla, Pakistan
Farras Khan Shinwari, bekerja bersama kedua saudaranya di pabrik batu bata Karkhla 15 km timur Peshawar, Pakistan. Perang pengungsi, keluarganya meninggalkan Afghanistan untuk melepaskan diri dari kemiskinan untuk bekerja di pabrik untuk membayar.
Dari pagi Farras Khan bersama kedua saudaranya mulai bekerja dengan menyiram tumpukan tanah liat dan kemudain membentuknya menjadi batu bata dengan tangannya sendiri. mereka bekarja selama kurang lebih 12 jam dalam sehari dengan mendapatkan imbalan kurang dari setengah euro atau sebesar 6000 rupiah perharinya.

 
                                                                                                 2. Anak-anak debu hitam. Daur ulang baterai di Dhaka
Shinwari Hajira, adalah seorang anak berumur 8 tahun dan tinggal di Dhaka, ibukota Bangladesh. Selama 14 jam sehari ia hidup dengan ditemani baterai tua.  Hajira kecil memulai paginya dengan mengeluarkan karbon dari dalam batu baterai tua dan membersihkannya untuk kemudian diproses agar menjadi batu baterai baru.  Karbon yang berevolusi menjadi debu hitam benar-benar menjadi mainan sehari-hari Hajira yang sewaktu-waktu dapat membahayakan nyawa kecilnya, sebagai contoh beberapa coretan darah mengalir dari hidungnya terus-menerus menandakan infeksi yg terjadi dalam dirinya akibat mengkonsumsi karbon tiap harinya. dan berapakah upah yang diterima hajira perharinya.? ya, hanya (€ 10sen ) per 1.000 batangnya dimana tiap harinya ia bekerja sambil menjaga adik kecilnya.

                                                                                                                   3. Mengukus gunung sampah
Sieh Kong, adalah seorang gadis berusia 11 tahun dengan mata hijau yang cantik, setiap harinya ia bermain dengan mencari batu baterai bekas dan logam lainnya di dalam bukit sampah di kota Phnom Penh, Kamboja. Sebuah bukit seluas 40 hektar dipenuhi kebakaran yang dipenuhi dengan asap kotor dan gas beracun dari hasil pembakaran sampah. Kong mengalirkan airmata terus-menerus tiap harinya sebagai pertahanan dan perlindungan asap beracun sambil sibuk mencari batu baterai bekas didalam kobaran tumpukan sampah.
Kebanyakan pencari logam itu adalah anak-anak berusia antara 7 dan 11 tahun yang berjalan tanpa alas kaki, selama 12 jam mereka bekerja mencari apa saja yang mampu dijual. Asap dari hasil bakaran sampah pun telah mencemari paru-paru mereka, tetapi hal ini tidak menghentikan 'permainan' mereka untuk terus mencari harta berharga mereka dalam tumpukan sampah.  dan upah yang hanya setengah euro lah yg mereka nikmati sebagai hasil dari pekerjaan mereka.                                                                                                                             

4. Green water eyes Muzo, Kolombia
Carlos adalah anak berumur 12 tahun yang bekerja dengan adiknya sebagai penyaring limbah batuan dan lumpur dari sebuah tambang di daerah Muzo, 90 kilometer utara Bogota, Kolombia. Misinya adalah untuk mencari air mata hijau Kong, zamrud kecil yang lolos dari tambang. Air mata hijau Kong dianggap oleh gemologists sebagai batu kualitas tertinggi di dunia. Tidak seperti Kong, Shinwari Hajira dan teman-teman lainnya, Carlos tidak dibebankan biaya atas pekerjaannya, tergantung pada keberuntungan untuk menemukan beberapa fraksi dari sebuah permata.